Senin, 02 Desember 2013

Ombak Bono


       Di Pekanbaru, Riau tepatnya di muara Sungai Kampar terdapat fenomena alam yang berupa gelombang besar yang dinamakan gelombang bono. Gelombang bono terjadi diakibatkan benturan tiga arus air yang berasal dari Selat Melaka, Laut Cina Selatan dan Aliran air Sungai Kampar. Akibat benturan ini, menjadikan gelombang air di muara sungai Kampar bisa mencapai ketinggian 4-5 meter dengan ditandai sebelumnya dengan suara gemuruh yang hebat. Bahkan dari kejauhan suara ini terdengar begitu jelas. Uniknya lagi saat fenomena itu terjadi dalam beberapa hari, maka akan Anda temui selisih satu jam lebih lambat dari hari sebelumnya. Sebagai contoh, jika hari ini gelombang bono datang pada jam 11.00, besok muncul pada jam 12.00.



Bono biasanya terjadi pada setiap tanggal 10-20 bulan Melayu dalam tahun Arab yang biasa disebut penduduk sebagai "Bulan Besar" atau "Bulan Purnama". Biasanya "gelombang Bono" atau "Ombak Bono" yang besar terjadi pada tanggal 13-16 bulan Melayu tahun Arab tersebut.Gelombang yang terjadi biasanya akan berwarna putih dan coklat mengikut warna air Kuala Kampar. Selain itu, Bono juga terjadi pada setiap "bulan mati" yaitu akhir bulan dan awal bulan (tanggal 1) Tahun Arab.
Sebenarnya Bono tidak hanya terjadi di muara Sungai Kampar saja, melainkan juga terdapat di muara Sungai Rokan. Di kedua sungai ini, konon, Bono mempunyai cerita dan hubungan misterius di baliknya. Bono yang terdapat di Sungai Kampar dipercayai sebagai Bono jantan, sedangkan Bono yang terdapat di Sungai Rokan dianggap sebagai betina. Bono di daerah Sungai Kampar berjumlah tujuh ekor dan bentuknya seperti seekor kuda, yang dianggap sebagai induk Bono. Menurut cerita masyarakat, pada saat musim pasang mati, Bono jantan di Sungai Kampar menemui Bono betina di Sungai Rokan, lalu bersantai menuju Selat Malaka. Nah, itulah yang menyebabkan pada bulan kecil Bono tidak ditemukan di kedua sungai tersebut. Hal ini berbeda jika musim pasang (bulan besar), Bono akan kembali ke tempatnya masing-masing, lalu menghempas dan menyusuri Sungai Kampar dan Sungai Rokan.
Seperti halnya fenomena poporoco, di sungai Amazon yang akhirnya menarik surfer untuk menunggangi ombaknya, bono pun juga demikian. Beberapa surfer dari luar negeri memutuskan menuju tempat terpencil di pedalaman hutan ini, melakukan surfing dan mengabarkan ke khalayak dunia seperti yang diungkapkan oleh Chris Mauro dalam tulisannya yang  dimuat GrindTV.com :  “A dreamlike wave found in an Indonesian river is stunning surf world (sebuah gelombang impian yang ditemukan di salah satu sungai di Indonesia memukau dunia selancar),”. Tulisan Mauro itu sendiri lantas merujuk pada apa yang ia sebut ‘penemuan luar biasa’ oleh tim (ekspedisi) Rip Curl baru-baru ini, yang menurutnya “mungkin tak tertandingi”

Mitos dan CeritaTentang Bono


Konon, Bono di sungai kampar adalah Bono jantan dan Bono betinanya berada di sungai Rokan dekat Bagansiapi-api. Bono di kuala kampar ini berjumlah tujuh ekor, bentuknya serupa kuda disebut induk Bono. Di musim pasang mati, Bono ini pergi ke sungai Rokan menemui Bono betina,kemudian bersantai menuju ke selat Malaka. Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, Bono tidak ditemukan kedua sungai tersebut. Jika bulan mulai besar, kembalilah Bono ketempat masing-masing, lalu main memudiki sungai Kampar dan sungai Rokan. Semakin penuh bulan di langit, semakin gembira Bono berpacu memudiki kedua sungai itu.

Bagi penduduk daerah Kuala Kampar, Bono sudah mereka kenal sejak kecil. Sebab itulah tidak aneh, apabila anak-anak, remaja dan juga orang dewasa menganggap Bono sebagai sahabatnya,tempat mereka bermain ketangkasan menunggangi Bono menggunakanperahu-perahu (sampan) kecil.

Biasanya tempat bermain Bono adalah di tempat-tempat dimana Bono tidak terlalu besar atau dalam anak-anak sungai Kampar yang memudiki Bono seperti : sungai Sangar, Turip, Serkap, Kutub dan Kerumutan. Permainan ini memang besar resikonya, sebab jika salah perhitungan perahu dapat dilemparkan Bono ke tebing sehingga hancur luluh. Tetapi dari pengalaman sejak kecil, mereka, para pemain Bono ini sudah mengetahui betul dimana tempat yang aman bermain bono.

Dahulu, permainan Bono sering di lakukan dengan upacara tertentu, tetapi kemudian menjadi permainan biasa dan dapat di laksanakan sesuka hati. Tetapi permainan ini hanya di lakukan pada siang hari, sedangkan malam hari betapapun beraninya mereka, belumlah ada yang mencobanya.

Kalau takut atau ngeri untuk turut bersama perahu bermain Bono, anda dapat menyaksikan Bono dari darat saja. Tetapi Jika berani silahkan bermain Bono dengan perahu-perahu kecil yang banyak terdapat disana. Yang penting anda harus pandai berenang,serta menunggangi Bono itu. Permainan ini mirip dengan selancar pada ombak-ombak di pantai, karena tempatnya luas dan tantangannya cukup besar.

Proses Terjadinya Ombak Bono (Bono Wave)

Ombak Bono yang terjadi di Sungai Kampar terjadi biasanya pada saat pasang naik terjadi di laut. Air pasang tersebut kemudian menju ke Sungai Kampar. Selanjutnya kecepatan dari arus di Sungai Kampar akan berbenturan dengan air pasang naik dari laut sehingga terjadilah gelombang yang dinamakan Bono Wave tersebut. Bono hanya akan terjadi apabila air laut pasang, semakin besar air pasang yang terjadi di laut, maka kemungkinan Bono Wave yang terjadi akan semakin besar pula. Faktor hujan yang akan meningkatkan debit air sungai juga akan mempengaruhi besarnya gelombang Bono yang terbentuk. Bisa dibayangkan apabila kondisi curah hujan tinggi dan air pasang di laut cukup besar, maka kondisi Bono Wave juga akan semakin lebih besar lagi.
Sebelum terjadinya gelombang Bono, biasanya akan diawali dengan bunyi seperti desingan, selanjutnya akan terdengar bunyi gemuruh air. Bunyi gemuruh tersebut semakin lama akan semakin keras dan muncul lah gelombang besar yang disebut dengan Bono Wave tersebut. Kecepatan dari gelombang ombak Bono mencapai 40 km/jam. Ombak ini mampu memasuki ke arah hulu sungai berkilo-kilo meter jauhnya. Biasanya mampu mencapai jarak sekitar 60 km ke arah hulu dan akan berakhir di daerah Tanjung Pungai. Jumlah gelombang Bono tersebut cukup banyak dan beriringan. Terkadang di tepi sungai dan terkadang juga bisa terjadi di tengah sungai. Bono yang terbesar biasanya akan terjadi ketika musim penghujan tiba, dimana debit air Sungai Kampar akan naik. Pada hitungan bulan biasanya akan terjadi di bulan November dan Desember.

Menurut masyarakat sekitar, Bono biasanya akan terjadi pada setiap tanggal 10-20 bulan Melayu tahun Arab, atau yang biasa disebut penduduk sebagai ‘Bulan Besar’ ataupun ‘Bulan Purnama’. Sementara untuk gelombang Bono yang besar biasanya akan terjadi pada tanggal 13-16 bulan Melayu tahun Arab tersebut. Gelombang yang terbentuk umumnya berwarna putih dan coklat, sesuai dengan warna air sungai. Bono juga akan terjadi pada setiap ‘bulan mati’ atau akhir bulan dan awal bulan dari tahun Arab.

Sebenarnya kedalam sungai di sekitar terjadinya gelombang Bono tersebut tidak lah dalam. Hanya sekitar 1 sampai 2 meter saja, dengan bagian-bagian alur tertentu yang memiliki kedalaman sekitar 10 hingga 15 meter sebagai tempat lewatnya transportasi kapal. Akibat adanya Bono, alur tersebut sering berpindah-pindah. Sehingga untuk kapal-kapal yang melewati daerah ini harus menggunakan orang yang mengetahui alur sungai, atau biasa disebut dengan tekong.

Ombak Bono biasanya akan terjadi pada muara sungai yang kondisnya lebar dan dangkal kemudian menyempit setelah berada di dalam sungai. Bentuk dari muara sungai yang menguncup tersebut menyerupai huruf “V” atau corong. Selanjutnya akan didukung dengan kondisi sungai yang mendangkal akibat terjadinya erosi alami. Pertemuan dua arus yakni arus sungai dan laut di lokasi ini akan menyebabkan Bono Wave. Namun tidak semua muara sungai yang berbentuk V dangkal akan dapat memicu terjadinya Tidal Bore. Karena hal lainnya juga dipengaruhi oleh adanya faktor tinggi pasang-surut air laut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar