Sabtu, 23 Februari 2019

Si Bungsu

Bungsu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti yang terakhir, atau yang termuda (untuk anak). Kata orang sih jadi anak bungsu itu enak dan paling dimanja. Sebagai anak bungsu dalam keluarga, saya merasa pernyataan tersebut tidak salah. Menjadi anak bungsu memanglah menjadi anak yang lebih dimanja dibandingkan kakak-kakaknya. Tapi, walaupun saya adalah anak bungsu, saya adalah anak yang cukup mandiri dan pemberani. Lebih tepatnya, saya mampu mengondisikan diri saya untuk menjadi seperti apa sesuai dengan situasi dan kondisi.

Berbicara tentang peran saya sebagai anak bungsu dalam keluarga, saya merasa memiliki kewajiban untuk mewujudkan cita-cita orangtua saya yang belum terwujud. Orangtua saya sangat menjujung tinggi pendidikan beserta kualitasnya. Mereka sangat menginginkan agar anak-anaknya bersekolah dengan baik di sekolah/universitas ternama agar kami mebdapatkan kulitas pendidikan yang baik pula. Alhamdulillah sampai saat ini, saya dapat mewujudkan cita-cita mereka untuk menyekolahkan anaknya di tempat yang ternama. Mulai dari bersekolah di SD swasta berakreditasi A, lalu melakukan seleksi untuk masuk SMP Negri favorit (ketika itu masih ada RSBI, Rintisan Sekolah Berstandar Internasional). Lulus SMP, sayapun bersaing kembali untuk mendapatkan SMA terbaik di kota saya, yang pada maaa itu seleksi dilakukan berdasarlan nilai di SMP.

Lulus dari SMA, saya harus berfikir dengan matang kemana saya akan melanjutkan pendidikan. Banyak sekali hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih jurusan dan universitas. Melihat kondisi finansial keluarga yang kurang baik, di mana ayah saya sudah pensiun, sehingga saya harus memikirkan bagaimana saya dapar berkuliah di jurusan yang saya inginkan dengan biaya yang rasional untuk keluarga saya. Bidang yang saya minati adalah kesehatan, dan setelah saya berfikir kembali akhirnya saya memutuskan untuk memilih farmasi. Kenyataannya, berkuliah di farmasi tidaklah murah, apalagi jika harus berkuliah di universitas swasta dan menimbang bahwa mendaftar ke perguruan tinggi negri tergolong cukup sulit.

Perasaan takut dan campur aduk dalam memeprsiapkan diri memilih perkuliahan membuat saya bersikap maju mundur dalam menenetukan universitas hingga akhirnya Ayah saya memberikan saya arahan untuk memilih Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama dan menyerahkan kembali ke saya untuk pilihan berikutnya. Singkat cerita, setelah saya mengikuti ujian dan dibantu dengan doa, akhirnya saya diterima di Universitas Indonesia, universitas yang tidak pernah saya bayangkan akan menjadi tempat saya belajar.

Terhitung mulai dari tahun 2017, saya dapat berkuliah di Universitas Indonesia, salah satu universitas yang paling diimpikan oleh calon mahasiswa di Indonesia. Berkuliah di UI membut saya harus belajar dengan baik agar saya bisa lulus dan menyeimbangkan dengan teman-teman saya. Menimbang beban finansial perkuliahan yang cukup tinggi, sebagai anak yang baik saya mencoba membantu orangtua saya dengan mendaftar beasiswa Baituzzakah Pertamina
Setelah lulus nanti, saya akan melanjutkan program profesi Apoteker di UI agar saya dapat mengabdikan ilmu saya ke masyarakat dengan baik mengingat bahwa apoteker di Indonesia masih sedikit. Namun, untuk melanjutkan ke program profesi apoteker akan memakan biaya yang tidak sedikit. Maka dari itu saya berharap dapat diterima menjaei salag satu awardee beasiswa Baituzzakah Pertamina agar saya dapat menuntut ilmu yang lebih tinggi.